Dibalik Senyumku

Just because you don't see the good in something doesn't mean it's not there. 

Allah has a plan for everything. 

Something that seems bad at the moment can be the best thing that's going happen later on.

Saya masih terus percaya bahwa ini semua adalah takdir yang Allah kasih untuk saya, saya percaya Allah SWT mau tahu sampai manakah usaha saya ini.

Kisah ini tidak berawal dari sini, perjuangan panjang untuk mendapatkan keturunan dimulai sejak awal menikah dulu, yaaa 10th lalu. Tapi dibalik semua usaha itu, kisah ini sudah dimulai sejak tahun 2004, saat pagi itu perut saya sakit sekali disebelah kanan, rasanya seperti mau datang bulan, tapi bukan waktunya untuk datang bulan. Saat itu saya masih sempatkan untuk tetap mengikuti ujian di kampus, dan beberapa teman bilang mungkin saja usus buntu jika kaki kanan diangkat akan terasa sakit dibagian perut, tapi tidak... tidak seperti itu rasanya. Sore harinya saya check up ke dokter yang biasa saya berobat kalau sakit flu dan lainnya, ditemani oleh Mama dan Ka Yudi, ternyata dokter mendapati kalau diindung telur saya terdapat kista sebesar 6cm, dokter pun menyarankan saya untuk segera operasi dan dirujuk ke RSPI. Saya tidak segera memutuskan, kami sekeluarga pun bertanya mencari informasi lewat keluarga dan saudara, karena sebelumnya ada beberapa saudara yang pernah operasi serupa. Akhirnya pada tahun 2004 itu saya operasi Laparatomy (bedah perut) di RS.Pelni, 1 indung telur saya harus diambil juga karena pengaruh besarnya kista yang ada di tubuh saya.

Tahun 2005 saya menikah, kami pikir setelah melakukan operasi akan mudah hamil seperti saudara-saudara saya lainnya, tapi tahun berganti tahun, dokter dokter ternama di Jakarta pun kami singgahi untuk kontrol, tapi Allah sepertinya belum memberikan kepercayaan kepada kami untuk menjadi orang tua.

Dan pada tahun 2010 terdapat lagi kista endometriosis sebesar 2,75cm, dalam hati bilang, bismillah ini ikhtiar juga "Operasi lagi nih?? hmmm... ya udah nanti habis ini, bisa hamil alami kali ya"

berharap boleh dong :)

Apa sih yang ditakutkan kalau operasi?? dokter bilang tenang aja karena operasinya LO (laparaskopi) lukanya juga kecil dengan 3 titik diperut. Sebenarnya bukan hanya soal luka, saya punya banyak riwayat alergi dengan berbagai macam obat, jadi saya tidak pernah suka gonta-ganti dokter apabila obat-obatan yang dikasih dokter sudah cocok, karena kalau pindah-pindah dokter saya musti menjelaskan satu-satu riwayat alergi saya. Yaaa saya takut dengan alergi obat, karena kasusnya bisa fatal kalau sampe salah obat atau tidak cocok. Tahun 2010 itu saya melakukan operasi laparascopy di RSIA.Bunda Menteng dengan salah satu dokter senior di Bunda. Seperti biasa LO hanya dilakukan dalam waktu 2 jam, malamnya pun saya sudah bisa buang air kecil ke toilet, lebih cepat recoverynya, walau pun setelah selesai operasi alergi saya keluar semua, bentol seluruh badan, mata dan bibir bengkak. Pasti tadi di ruang operasi ada beberapa obat yang tidak cocok dengan tubuh saya. Operasi dan penyembuhan berjalan lancar, pada umumnya pasca operasi LO pasien harus suntik yang namanya Tapros untuk penyembuhan rahim dan reproduksi lainnya, tergantung dari kondisi pasien itu sendiri, suntik dilakukan selama 3-6 bulan,  yang sekali suntik itu harganya Rp.1,7-2jt.

Setelah proses penyembuhan pasca operasi yaitu Tapros selesai berjalan 3 bulan, saya mendapat haid pertama saya... dan, rasanya sakit luar biasa, juga di iringin muntah selama 24jam dan tidak bisa jalan, hingga tidak bisa beraktifitas. Sedih rasanya tidak ada perubahan dan seakan akan makin bertambah parah. Saya terus masih berobat selama 5th ini, sesekali suntik Tapros bila ingin bepergian jauh atau mau ada acara, rasanya ketagihan suntik Tapros, karena saya tidak harus merasakan sakit yang luar biasa setiap bulan... tapi, adakah efek sampingnya wanita dimasa subur dihentikan haidnya??? itu yang ditakutkan. Sering kali saat hari pertama haid, saya dibawa ke UGD untuk di infus, karena memang saya sudah tidak punya tenaga, saya tidak sanggup bangun selama haid, tidak bisa makan. Saya bertahan selama 5th dalam keadaan seperti itu. Tidak jarang, saya merasa sudah tidak sanggup lagi untuk hidup... pasrah...

Tapi saya harus semangat, saya harus tetap ikhtiar, karena saya masih punya harapan.

Saya masih punya suami yang sayangnya luar biasa terhadap saya,

Saya masih punya orang tua yang selalu ada buat saya,

Saya masih punya mertua yang support luar biasa,

Saya masih punya keluarga yang selalu bantu doain saya,

dan Saya masih punya teman-teman yang selalu bikin semangat ngajalanin ini semua.

Saya tersenyum bukan karena hidup tanpa masalah dan telah sempurna, 

Saya tersenyum karena itu bentuk rasa syukur saya menikmati hidup yang Allah telah berikan.